burung perkutut jawa
Burung Perkutut Jawa merupakan jenis burung yang memiliki ukuran kecil, bulunya berwarna abu-abu dan banyak di jadikan burung peliharaan dengan alasan suaranya indah dan merdu. Keberadaanya di Indonesia, khususnya di wilayah pulau Jawa kelestarianya mulai terancam punah. Burung Perkutut ini masih satu keluarga dengan Tekukur Biasa, Dederuk Jawa dan juga Merpati.
Ciri Perkutut Jantan dan Betina
Tanpa pengamatan yang seksama, sedikit susah untuk pemula untuk membedakan perkutut jantan diantara sekawanan perkutut.
1. Ciri-ciri Perkutut Jantan
Bila dengan cermat di perhatikan, seekor perkutut jantan gampang dibedakan dari perkutut betina. Perkutut jantan memiliki raut muka yang berkesan garang. Kulit yang melingkari mata tampak tidak tipis serta bulat hingga sorot matanya jadi tampak tajam. Sinyal yang lain adalah pupur (bulu putih keabu-abuan di kepala) kian lebih separuh kepala, kepala tidak tebal, serta ekor panjang. Oleh karenanya, warna bulu kepala perkutut jantan terlibat lebih terang di banding kepala perkutut betina. Disamping itu, perkutut jantan juga mempunyai paruh yang panjang, tidak tipis, serta melengkung (ciri ini sedikit susah dimengerti). Tubuhnya dengan cara total tampak lebib besar dari pada perkutut betina.
Perkutut jantan juga dapat ditandai dari tingkah laku seksualnya. Sesudah dewasa kelamin, perkutut jantan dapat memperlihatkan tingkah laku seksual yang khas bila berdekatan dengan betina, yakni berbunyi sembari menganggukkan kepala di dekat seekor betina.
2. Ciri-ciri Perkutut Betina
Perkutut betina mempunyai raut muka sayu. Kulit yang melingkari mata tampak tidak tebal hingga sorot matanya terkesan sayu. Tubuhnya lebih kedl dari yang jantan. Disamping itu, pupur tak kian lebih separuh sisi kepala (hingga warna bulu kepalanya terkesan gelap), kepala kecil serta bundar, paruh lurus, dan ekor pendek. Bila dipandang dengan cara total, ukuran tubuhnya terlihat lebih kecil dari pada perkutut jantan.
Jenis-jenis Burung Perkutut
Perkutut (Geopelia striata) biasanya banyak hidup di hutan-hutan dataran rendah. Sbg burung yang masuk dlm suku Columbidae, perkutut memiliki banyak kerabat dekat, seperti peragam serta punai yang menyebar luas di semua dunia. Tetapi, spesial type perkutut penyebarannya cuma terbatas dari Semenanjung Malaya hingga Australia.
Di Indonesia type perkutut cukup banyak. Penghobi membedakan perkutut yang ada cocok dengan daerah aslinya, contohnya perkutut Sumatera, perkutut Jawa, perkutut Bali, serta perkutut Nusa Tenggara. Spesial untuk di Jawa, tetap dibedakan lagi cocok dengan asal daerah yang sepanjang ini di kenal sbg daerah penghasil perkutut berkwalitas, contohnya perkutut Pajajaran, perkutut Mataram, perkutut Majapahit, perkutut Tuban, serta perkutut Madura.
Di Jawa dulunya perkutut banyak didapati di daerah bersemak terbuka yang kering atau di tepian rimba yang berdekatan dengan pemukiman masyarakat. Apalagi, dahulu perkutut juga kerap didapati melacak makan di ladang atau persawahan.
Biasanya perkutut hidup serta melacak makan dengan cara berpasangan atau dlm grup kecil. Burung-burung ini umumnya makan diatas permukaan tanah. Sering ditemukan perkutut yang tengah minum dengan cara berbarengan pd sumber air.
Di karenakan tak gampang terganggu dengan hadirnya manusia serta dapat didekati dlm jarak sebagian mtr., perkutut di kenal sbg burung yang agak jinak. Apabila merasa terancam, burung ini dapat terbang cepat serta berhenti dlm jarak yang pendek atau bertengger diatas pohon yang tak jauh dari area aslinya.
Di alam bebas perkembang biakan perkutut tak sebaik di breeding farm. Di alam bebas perkutut cuma bertelur dua hingga tiga kali 1 tahun yang berlangsung pd bln. Januari-September. Musim berbiak ditandai dengan pembuatan sarang oleh sepasang perkutut yang tengah berahi. Wujud sarang agak datar serta tidak tebal. Sisi bawah sarang di buat dari himpunan ranting yang agak kasar, namun sisi atasnya dilapisi daun rerumputan kering atau serabut yang lebih halus. sarang biasanya ditempatkan pd pohon atau semak yang tak terlampau tinggi dari permukaan tanah.
Sekian hari sesudah sarang jadi, perkutut betina dapat bertelur sejumlah dua butir. Telur ini berwarna putih dengan wujud oval. Ukuran telur lebih kurang 22 Kali 17mm. Telur dapat dierami dengan cara bergantian oleh ke-2 induk sepanjang lebih kurang dua minggu, sesudah itu telur menetas. Anak perkutut yang baru menetas terlihat berwarna merah, tak memiliki bulu, serta matanya tetap tertutup. Pada waktu seperti ini anakan tetap membutuhkan kehangatan dari tubuh induknya. Oleh karenanya, induk dapat mengeraminya hingga tumbuhnya bulu (lebih kurang usia dua minggu).
Anakan perkutut yang baru menetas oleh induknya di beri makan berbentuk susu yang dihasilkan oleh tembolok induknya. Sistem penyusuan ini jalan cocok dengan naluri alamiah burung. Anak yang belum dapat lihat tersebut menyentuh-nyentuhkan paruhnya ke arah mulut induknya. Sesudah mengena, anakan tersebut dapat memasukkan kepalanya di tenggorokan induknya. Sistem inilah yang diberi nama menyusu. Berbarengan masuknya kepala si anak ke tenggorokan induk, si induk dapat memuntahkan isi tembolok yang berbentuk cairan serta segera masuk ke mulut si anak. Sistem penyusuan ini umumnya berjalan hingga si anak keluar bulu atau telah dapat terbang.
Perkutut tangkapan rimba yang sudah lama dipelihara orang umum dimaksud perkutut lokal. Perkutut tersebut umumnya telah pintar manggung, namun sayang sukar diternak. Kendalanya perkutut lokal amat lamban atau tak gampang berkembang biak. Usaha menyilangkan induk jantan perkutut lokal dengan induk betina perkutut Bangkok juga lambat atau tak selancar perkutut Bangkok murni. Selanjutnya banyak yang menentukan indukan jantan ataupun betina perkutut Bangkok murni di karenakan lebih efisien.
Perkutut-perkutut lokal tersebut sesungguhnya dlm hal suara tak terlampau tidak sama jauh meskipun tiap-tiap memiliki ciri khas. Perkutut dari satu daerah memiliki perbedaan dengan perkutut dari daerah lain, namun perbedaannya tak demikian mencolok. Apalagi, dlm hal ukuran atau berat badan hampir tak tidak sama. Perkutut tergolong dlm grup burung kecil (betina 19-21 cm serta jantan 20-24 cm) dengan berat pada 60-70 gram.
Warna tubuh didominasi dengan warna cokelat dengan ekor agak panjang. Warna di bagian kepala abu-abu dengan sisi belakang kecokelatan. Leher serta sisi sisinya bergaris halus. Sisi punggung berwarna cokelat dengan pinggir-tepi bulu berwarna hitam. Bulu segi terluar pd ekor berwarna agak kehitaman serta di bagian ujungnya putih.
Iris (selaput pelangi mata) abu-abu agak kebiruan, paruh abu-abu, serta kaki merah jambu. Warna lain sebagai ciri khas perkutut yaitu bulu pd punggung sayap, segi leher, dada, serta sisi segi badan berwarna cokelat agak keabu-abuan.
Type perkutut lokal makin hari makin kurang diminati oleh pengagum perkutut pada suara yang makin meningkat. Saat ini ini pengagum perkutut menuntut suara yang semakin bagus. Berarti, pengagum perkutut saat ini tidak cuma berpatokan pd timbulnya suara depan, sedang, serta belakang saja, tetapi lebih berkembang lagi pd tarikan suara depan yang panjang, tekanan suara, bersihnya suara, dsb. Tambahan tuntutan tersebut jelas tak dapat di dapatkan dari burung tangkapan alam atau lokal, karena biasanya suara burung lokal mudah serta datar. Oleh karenanya, tanpa disadari orang mesti berpindah pd perkutut hasil silangan. Cuma dengan langkah silangan pengagum dapat beroleh suara perkutut cocok dengan yang diinginkan.
Dengan langkah silangan inilah selanjutnya pengagum perkutut di tanah air minded dengan perkutut keturunan asal Bangkok (silsilah keturunan). Perkutut asal Bangkok tersebut umunya memiliki mutu suara yang dapat dihandalkan, baik pd irama serta tekanan suara (depan, sedang, serta belakang) ataupun powernya. Hal semacam itu tak terlepas dari kepiawaian dari penangkar disana yang memanglah dianggap cukup pakar dlm masalah silang-menyilang perkutut.
sumber : http://www.satwa.net/